Sungguh pelik persoalan yang menimpa umat ini. Menjelang olimpiade di China tahun ini, api olimpiade sudah mulai dilarikan ke negeri-negeri yang ikut serta dalam acara dunia ini. Hanya sayang sekali, tak ada sedikitpun para pejabat dan ulama muslim yang menghukumi atas aktitas ini. Padahal dibalik tradisi api olimpiade ini terdapat kemusyrikan yang membahayakan akidah umat. Bila ada ada ritual yang bukan dari Islam seringkali dinyatakan bid'ah seperti tahlilan, tetapi dalam kasus ini tak ada satu pun yang menyatakan bahwa tradisi api olimpiade itu adalah bid'ah.
Api olimpiade, obor olimpiade, dan cahaya olimpiade semuanya merupakan nama-nama bagi satu lambang promosi olimpiade. Asal-usulnya berasal dari Yunani Kuno di mana sebuah api dibiarkan menyala sepanjang sambutan olimpiade kuno, serta memperingati dicurinya api ini dari dewa Zeus oleh Prometheus. Api ini diperkenalkan pada awalnya pada olimpiade 1928 di Amsterdam, dan sejak itu menjadi ritual tetap pada setiap penyelenggaraan olimpiade.
Larian obor dari Yunani ke tempat penyelenggaraan olimpiade modern tidak ada dalam olimpiade kuno, sebaliknya hal itu diperkenalkan oleh Carl Diem, dengan dukungan Joseph Goebbels pada Olimpiade Berlin 1936 yang sempat diselubungi kontroversi dianggap sebagai cara menanamkan pemahaman Nazi.Bagi masyarakat Yunani kuno, api membawa arti religius. Api suci ini dikisahkan pernah dicuri dari dewa-dewi oleh Prometheus. Maka, api dapat dijumpai di berbagai tempat di Olympia, Yunani. Sebuah api yang menyala secara berpanjangan disimpan di atas Hestia di Olympia. Ketika berlangsungnya Olimpiade yang memberi penghormatan kepada Zeus, api tambahan di kuilnya dan juga kuil ratunya Hera. Api Olimpiade modern dinyalakan di tempat-tempat di mana pernah didirikan kuil Hera.
Setelah kita melihat dengan jelas bahwa larian obor dan nyalaan obor ini ternyata berasal dari akidah khurafat masyarakat Roma dan juga merupakan peradaban (hadharah) kufur. Sedangkan Rasulullah melarang umat Islam mengikuti jejak langkah dan apa yang dilakukan oleh orang kafir, maka apakah layak umat Islam merayakan khurafat dan tahayul olimpiade ini? Dari Umar Radiyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia telah menjadi golongan mereka". (HR. Ahmad, Abu Daud, Thabrani)
Apakah negeri-negeri kaum Muslim dan para penguasanya berbangga dengan menjalankan aktivitas yang dilakukan oleh penyembah api dan pemuja api ini? Tidakkah mereka merasa bahwa aktivitas itu sama halnya dengan kaum Majusi yang menyembah dan mendewa-dewakan api? Adakah pemerintah perlu berbangga karena tidak ada kekacauan dalam majelis yang berasal dari majelis keagamaan bangsa Roma? Apa pun alasan yang diberikan, siapa saja yang terlibat dengan aktivitas khurafat ini pastinya akan ditanya oleh Allah Swt di akhirat kelak tentang apa yang mereka lakukan. Tidakkah ada mufti atau ulama yang ingin memberikan fatwa menolak kepercayaan dan amalah jahiliyyah ini?
Beginilah keadaan umat tatkala tak ada institusi penjaga akidah umat. Umat dengan mudah dilenakan dan dirusak akidah mereka dan dibiasakan dengan tradisi-tradisi ritual yang bukan berasal dari Islam. Belum lagi penyelenggaraan olimpiade yang hanya menguatkan ikatan rusak nasionalisme, hanya memperkuat kebanggan atas bangsa-bangsanya masing-masing. Padahal dengan paham nasionalisme inilah, Khilafah Islamiyah menjadi bubar. Racun ini telah dihembuskan atas kaum Muslim hingga saat ini. Ikatan ini dijaga dan dibangun terutama pada penyelenggaraan olahraga yang terorganisir menyebabkan umat senang dalam keterpecahbelahan. Sampai kapan tradisi rusak ini berhenti? Khilafah Islamiyyah kali kedua akan segera menghentikannya!
0 comments:
Posting Komentar